Profil Desa Cipete
Ketahui informasi secara rinci Desa Cipete mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Cipete, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Jelajahi sentra Durian Kromo yang melegenda, potensi agrowisata musiman yang semarak, serta keunikan sejarah desa sebagai sebuah enklave dengan pengaruh budaya Sunda di tanah Banyumas.
-
Sentra Durian Kromo Unggulan
Desa Cipete dikenal luas sebagai lumbung Durian Kromo, sebuah varietas lokal premium yang menjadi ikon dan motor penggerak utama ekonomi serta agrowisata desa.
-
Enklave Budaya Sunda
Desa ini memiliki keunikan sejarah dan budaya karena asal-usul namanya yang berakar dari bahasa Sunda, menjadikannya sebuah anomali budaya yang menarik di tengah wilayah Banyumas yang didominasi budaya Jawa.
-
Ekonomi Berbasis Agrikultur dan Hortikultura
Perekonomian Cipete sangat bertumpu pada kekayaan hasil kebun, terutama buah-buahan tropis seperti durian, petai, dan manggis, yang ditopang oleh pertanian padi untuk ketahanan pangan.

Saat musim panen tiba, aroma khas yang kuat dan menggugah selera menyelimuti udara di Desa Cipete, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Desa ini bukan sekadar pemukiman agraris biasa, melainkan sebuah destinasi, sebuah surga bagi para pencinta "Raja Buah". Cipete telah mengukuhkan reputasinya sebagai sentra utama Durian Kromo, varietas lokal unggulan yang namanya melegenda di kalangan penikmat durian.
Namun di balik manis legit buahnya, Desa Cipete menyimpan lapisan cerita yang lebih dalam. Nama desa yang berakar dari bahasa Sunda menjadi penanda jejak sejarah dan percampuran budaya yang unik di tanah Jawa. Perpaduan antara kekayaan hortikultura yang melimpah dan warisan budaya yang khas menjadikan Cipete sebuah wilayah yang tidak hanya produktif secara ekonomi, tetapi juga kaya akan narasi.
Geografi, Iklim dan Demografi Desa
Secara administratif, Desa Cipete berada di wilayah Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Letaknya di kawasan lereng Gunung Slamet pada ketinggian yang ideal, menjadikannya dianugerahi tanah vulkanik yang subur dan iklim tropis yang sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman hortikultura, khususnya aneka buah-buahan.
Desa ini memiliki luas wilayah sekitar 4,18 kilometer persegi (418 hektar). Menurut data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Cipete dihuni oleh 6.812 jiwa. Dengan luasan tersebut, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.629 jiwa per kilometer persegi. Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian, dengan menjadi petani buah, petani padi, dan pelaku UMKM di bidang olahan hasil pertanian.
Jejak Sunda di Tanah Jawa: Asal-Usul Nama Cipete
Salah satu keunikan yang paling menonjol dari Desa Cipete ialah namanya. Dalam lanskap Banyumas yang kental dengan bahasa dan budaya Jawa, nama "Cipete" jelas berasal dari bahasa Sunda. Nama ini merupakan gabungan dari dua kata: Ci yang berarti "air" atau "sungai," dan Pete atau petai (Parkia speciosa), sejenis pohon yang buahnya populer untuk lalapan.
Menurut penuturan sejarah lisan dan para sesepuh desa, asal-usul nama ini berkaitan erat dengan para pendiri desa yang diyakini merupakan para pendatang atau perantau dari wilayah Pasundan (Jawa Barat) pada masa lampau. Mereka kemungkinan besar menetap di dekat sumber air (Ci) dan di area yang banyak ditumbuhi pohon petai (Pete). Jejak linguistik ini menjadikan Desa Cipete sebuah enklave budaya, sebuah pengingat akan adanya migrasi dan interaksi antar-etnis yang telah membentuk demografi Banyumas sejak zaman dahulu.
Durian Kromo: Emas Hijau dari Cipete
Meskipun bernama Cipete, ikon utama desa ini saat ini bukanlah petai, melainkan Durian Kromo. Varietas ini menjadi primadona yang mengangkat nama desa dan menjadi mesin penggerak ekonomi musiman yang sangat signifikan.
Karakteristik Sang Primadona
Durian Kromo Banyumas yang berasal dari Cipete memiliki reputasi istimewa. Varietas ini dikenal memiliki daging buah yang tebal, kering (tidak lembek), dan berwarna kuning mentega. Rasanya merupakan perpaduan kompleks antara manis yang legit dengan sedikit sentuhan pahit yang khas, menciptakan sensasi rasa yang diburu para pecinta durian sejati. Ukurannya yang relatif besar dan aromanya yang kuat menjadi ciri khas lain yang membuatnya mudah dikenali.
Denyut Ekonomi Musiman dan Agrowisata
Saat musim panen durian tiba, biasanya sekitar bulan Desember hingga Februari, wajah Desa Cipete berubah menjadi sangat semarak. Di sepanjang jalan desa, lapak-lapak dadakan milik warga berjajar rapi, memajang tumpukan Durian Kromo yang baru dipetik. Desa ini sontak menjadi destinasi agrowisata dadakan. Pengunjung dari Purwokerto, Cilacap, bahkan dari luar provinsi, datang langsung ke desa untuk merasakan sensasi membeli dan menyantap durian segar langsung dari kebunnya. Interaksi langsung antara petani dan pembeli ini menciptakan rantai ekonomi yang pendek dan menguntungkan bagi warga.
Keragaman Hayati: Lebih dari Sekadar Durian
Meskipun durian menjadi bintang utamanya, kebun-kebun di Desa Cipete sejatinya merupakan sebuah sistem agroforestri yang kaya akan keanekaragaman hayati. Selain Durian Kromo, para petani juga membudidayakan berbagai komoditas lain yang bernilai ekonomi, seperti:
- PetaiSesuai dengan nama desanya, pohon petai masih banyak dijumpai dan menjadi sumber pendapatan tambahan yang signifikan.
- ManggisBuah manggis dari Cipete juga dikenal memiliki kualitas yang baik dan diminati pasar.
- Tanaman LainnyaBerbagai jenis pohon buah lain seperti kelapa, rambutan, dan nangka tumbuh subur di pekarangan dan kebun warga.
Di lahan yang lebih datar, hamparan sawah tetap dipertahankan sebagai lumbung padi. Kombinasi antara kebun buah di perbukitan dan sawah di lembah menciptakan sebuah sistem pertanian terpadu yang menjaga ketahanan pangan sekaligus memberikan pendapatan tunai bagi masyarakat.
Inovasi dan Nilai Tambah: Geliat UMKM Olahan
Untuk mengatasi sifat musiman dari panen buah, masyarakat Desa Cipete mulai mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang fokus pada produk olahan. Ketika panen melimpah dan harga jual buah segar menurun, sebagian hasil panen diolah untuk meningkatkan nilai jual dan memperpanjang masa simpan. Beberapa produk olahan yang mulai dikembangkan antara lain dodol durian, lempok, tempoyak (durian yang difermentasi), dan aneka keripik buah. Geliat UMKM ini, yang banyak dimotori oleh kaum ibu, menjadi strategi cerdas untuk mengoptimalkan potensi agrikultur desa.
Tantangan Pertanian Modern dan Visi Masa Depan
Sebagai desa agraris, Cipete menghadapi tantangan klasik pertanian modern. Perubahan iklim yang tidak menentu dapat menggeser musim panen dan memengaruhi kualitas buah. Serangan hama dan penyakit tanaman juga menjadi ancaman konstan yang dapat menyebabkan gagal panen. Selain itu, fluktuasi harga saat panen raya dan regenerasi petani menjadi isu penting yang perlu diantisipasi.
Visi masa depan Desa Cipete terfokus pada penguatan posisinya sebagai sentra agrowisata durian yang lebih profesional. Beberapa langkah strategis yang dapat dikembangkan meliputi:
- Sertifikasi dan BrandingMengupayakan sertifikasi Indikasi Geografis untuk Durian Kromo Banyumas guna melindungi keaslian dan meningkatkan nilai jualnya.
- Pengembangan Paket WisataMembuat paket agrowisata yang lebih terstruktur, seperti tur kebun durian, edukasi budidaya, dan pengalaman "petik dan makan durian" di tempat.
- Penguatan UMKM OlahanMemberikan pelatihan manajemen, pengemasan, dan pemasaran digital bagi para pelaku UMKM agar produk olahannya dapat menembus pasar yang lebih luas.
Desa Cipete merupakan sebuah harmoni antara anugerah alam, kerja keras masyarakat, dan jejak sejarah yang unik. Dari aroma dan rasa Durian Kromo yang memikat hingga kisah asal-usul namanya, desa ini menawarkan sebuah paket lengkap yang memanjakan lidah sekaligus memperkaya wawasan. Ia menjadi bukti bahwa kekayaan sebuah desa tak hanya diukur dari hasil buminya, tetapi juga dari cerita yang disimpannya.